Minggu, 13 Maret 2011

Penyakit Kardiovaskular Lainnya


Penyakit Kardiovaskular Lainnya

Lansia sangat rentan menderita penyakit jantung dengan manifestasi yang beraneka ragam. Penyakit Jantung Koroner (PJK), aritmia, dan hipertensi merupakan penyakit lazim yang berkaitan dengan jantung pada lansia. Sekitar 75 persen penderita infark miokard akut (IMA) merupakan lansia, 5 persen lansia sehat (tanpa penyakit jantung) ternyata mengalami fibrilasi atrium, sedangkan setengah dari populasi lansia mengalami hipertensi. Tekanan sistolik dan diastolik akan meningkat linear dari mulai dewasa hingga 65 tahun, sedangkan di atas usia tersebut tekanan sistolik akan tetap bertambah namun justru terdapat penurunan pada tekanan diastolik. Akibatnya, terjadi hipertensi sistolik pada sebagian besar lansia.
Manajemen penyakit jantung pada lansia relatif sama dengan penyakit jantung pada umumnya. Menurut dr. Czeresna Hendriawan S, Sp.PD. KGer. yang juga dari divisi Geriatri IPD FKUI-RSCM, penekanan konsep geriatri diperlukan agar penegakan diagnosis lebih tepat dan penanganan lebih komprehensif.


Jumlah penderita jantung koroner cenderung meningkat. Berdasarkan penelitian, merokok, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, kegemukan, dan penyakit kencing manis merupakan faktor pemicu bagi penyakit jantung koroner.

Gejala penyakit jantung koroner
Arteri koronaria merupakan pembuluh darah yang melingkari jantung yang bentuknya mirip karangan bunga. Pembuluh darah ini mensuplay darah pada otot jantung sehingga jantung menjalankan fungsinya, berkontraksi dan memompakan darah ke tubuh.

"Penyempitan atau penyumbatan pada arteri koronaria dapat mengakibatkan daerah setelah penyempitan akan mengalami gangguan suplay makanan dan oksigen. Jika keadaan ini dibiarkan, maka fungsi jantung pun akan terganggu, karena kebutuhan makanan dan oksigen tidak terpenuhi. Kelainan itu sering disebut penyakit jantung koroner," terang Dr. dr. Frans Santosa, Kepala Bagian Angiologi RS Jantung Harapan Kita, Jakarta.

Tanda khas dari serangan jantung koroner adalah nyeri dada, seolah-olah tertimpa beban berat sehingga susah bernapas. Rasa sakit itu bisa menjalar ke leher, sehingga leher seperti tercekik atau seperti keselek makanan. Bisa juga serangannya ke bagian perut, sehingga menimbulkan rasa mual seperti sakit maag.

Gangguan yang datang terkadang disertai dengan timbulnya pegal-pegal yang menjalar dari pundak dan tangan bagian dalam ke bawah sampai ujung jari, dan ada juga yang sakitnya itu menyebar ke bagian punggung yang menimbulkan sakit seperti masuk angin. "Karena itulah dulu sakit jantung dikenal juga sebagai sindroma masuk angin," ujar Sjukri Karim, Direktur Medis Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Gejala serangan jantung seperti itu timbul karena adanya penyebaran saraf dari pusat jantung ke bagian tadi. "Namun, tidak semua gejala itu muncul bila terkena serangan jantung koroner. Gejala itu timbul sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing, dan biasanya yang paling umum, ya sakit dada," tegas Sjukri.

Sakit di sekitar dada terjadi karena otot jantung tidak mendapat cukup oksigen untuk kontraksi dan memompakan darah ke seluruh tubuh, akibat aliran darahnya terhambat. Gejala sakit dada itu juga dapat muncul pada penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Pada penderita hipertensi yang sudah berlangsung lama, sekat otot jantungnya akan menebal akibat terlalu berat memompakan darah untuk mencapai pembuluh darah tepi (perifer) yang telah menyempit Akibatnya, kebutuhan oksigen pun meningkat. Karena itu, meskipun arteri koronarianya normal, tapi kebutuhannya meningkat, maka gejala sakit dada itu bisa juga timbul. Sebab arteri koronaria itu tidak bisa menjadi lebih besar walaupun otot jantungnya bertambah besar.

Penyakit Jantung Koroner Cenderung Meningkat
Pada tahun 1972 penyakit jantung merupakan penyebab kematian kesebelas, yakni sekitar 5,01 %. Tapi dua puluh tahun kemudian, menurut hasil Survei Rumah Tangga Departemen Kesehatan tahun 1992, penyakit jantung meningkat pesat menjadi ranking pertama penyebab kematian, yakni sekita 16,40%.

Baik menurut Sjukri Karim maupun Frans Santosa, data untuk jantung koroner itu secara khusus belum ada, tapi yang pasti jumlahnya cenderung meningkat. "Dulu, yang sering datang berobat itu terjadi karena kelainan jantung bawaan atau infeksi, tapi akhir-akhir ini yang sering muncul adalah sakit jantung koroner dan sakit jantung hipertensi. Sakit jantung infeksi dapat bawaan menurun karena kondisi gizi dan higiene yang membaik," ungkap Sjukri. (Home Formula nomor 11,13 dan 18 bekerja sebagai obat jantung dengan cara menormalkan energi pada organ jantung sehingga jantung dapat bekerja secara normal)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar